Padang, situsenergi.com
Riki Margiono, Awak Mobil Tangki Pertamina, kembali menunjukkan dedikasi luar biasa. Ia menempuh perjalanan 223 kilometer menuju Kerinci, Jambi, yang biasanya hanya 6 jam, namun kini berubah menjadi 48 jam akibat banjir dan longsor yang memutus jalur Sumatera Barat. Riki bahkan sempat terjebak 16 jam di Sungai Penuh.
“Kalau jalan banjir tinggi, kami harus menunggu surut. Kami cuma duduk aja, harus gimana lagi,” ujar Riki saat ditemui di Integrated Terminal Teluk Kabung.
Riki bukan satu-satunya. Pekan sebelumnya, ia bersama 15 AMT yang dikelola PT Elnusa Petrofin juga terjebak saat banjir dan longsor melanda Aceh, Sumut, dan Sumbar. Mereka bertahan di lokasi sambil menunggu bantuan. Tim Rescue Pertamina sempat memberikan nasi bungkus sebelum mereka kembali melanjutkan perjalanan.
Namun tantangan belum selesai. Setelah lolos dari banjir, Riki kembali terhenti akibat tanah longsor. Ia terpaksa bermalam di tengah jalan menunggu alat berat membuka jalur. Meski keluarganya di Padang juga terdampak banjir, ia tetap menjaga komunikasi dan memastikan mereka aman.

“Mengantar BBM sudah menjadi tugas saya, jadi saya pastikan BBM sampai di SPBU. Saat masyarakat lega melihat truk saya masuk, rasa khawatir langsung hilang,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Di wilayah lain, AMT Pertamina seperti M Aidil Dzakwan menghadapi rute ekstrem Sitinjau Lauik. Jalur curam dan padat kini makin berbahaya akibat cuaca buruk. Namun Aidil tetap menjaga semangat.
“Kita harus tetap safety. Walaupun hujan, panas, macet, longsor atau banjir, tugas tetap dijalankan dengan hati,” tegas Aidil. Ia juga menyemangati rekan-rekannya, “Ayo semangat, pantang menyerah. Kita melayani dengan sepenuh hati.”
Area Manager Communication, Relations, dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Fahrougi Andriani Sumampouw, memastikan setiap distribusi energi dipantau dengan standar ketat. Integrated Terminal, depot, AMT, pihak berwenang, hingga Road Traffic Control (RTC) terus berkoordinasi 24 jam.

“Keselamatan tetap nomor satu, namun menjaga suplai energi juga menjadi tanggung jawab moral bagi kami,” jelas Fahrougi.

Selama masa bencana, Pertamina terus menyalurkan BBM untuk SPBU, alat berat pembersihan longsor, kendaraan darurat, dan wilayah yang terisolasi. Perjuangan AMT di tengah bencana ini menjadi bukti nyata komitmen Pertamina menjaga energi tetap tersedia saat masyarakat paling membutuhkan. (*)
Leave a comment