Logo SitusEnergi
Akibat Permintaan Batubara Meningkat, Program Pengurangan GRK Oleh Negara G20 Terancam Akibat Permintaan Batubara Meningkat, Program Pengurangan GRK Oleh Negara G20 Terancam
Jakarta, situsenergy.com Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR), Febby Tumiwa, menilai peran Indonesia dan sejumlah negara yang tergabung dalam G20 untuk mengurangi... Akibat Permintaan Batubara Meningkat, Program Pengurangan GRK Oleh Negara G20 Terancam

Jakarta, situsenergy.com

Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR), Febby Tumiwa, menilai peran Indonesia dan sejumlah negara yang tergabung dalam G20 untuk mengurangi efek gas rumah kaca (GRK) dan pemanasan global cukup baik. Hal tersebut diakuinya setelah melihat perkembangan Laporan Brown To Green Report dimana diketahui tahun 2014-2016 kenaikan GRK relatif landai. Namun kemudian karena tahun 2017 terjadi kenaikan harga batubara, GRK kembali melonjak.

Febby menyatakan lonjakan GRK terjadi terutama di negara-negara dengan tingkat konsumsi batubara yang tinggi seperti di China. Oleh sebab itu dia berharap ada komitmen bersama terutama negara anggota G20 termasuk Indonesia, agar komitmen mengurangi pemanasan global bisa tercapai dengan menekan konsumsi bahan bakar atau sumber energi yang tidak ramah lingkungan.

“Jika hari ini berbicara selamatkan iklim dengan mencegah kenaikan temperatur tidak lebih dari 2 derajat maka peran negara G20 substansial, tidak bisa diabiakan. Kita tidak bisa berharap jika tidak ada meaning of action dari negara – negara anggota G20,” kata Fabby di Jakarta, Rabu (21/11).

Dikatakannya salah satu pemicu pemanasan global sulit dihindari adalah konsumsi energi fosil yang terus meningkat. Di Indonesia sendiri komitmen pemerintah untuk membangun pembangkit listrik dan sumber energi alternatif masih belum optimal. Hal ini karena pelaku usaha masih memandang penggunaan energi fosil lebih murah.

BACA JUGA   Investor PTBA Senyum Lebar, Dividen Rp3,82 Triliun Siap Dicairkan!

Febby berharap pemerintah segera menyusun regulasi yang benar-benar implementatif agar pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia benar-benar sesuai harapan. Ditargetkan pada tahun 2025 bauran energi dari EBT sebesar 23 persen dari total penggunaan sumber energi nasional.

“Kalo dilihat negara – negara ini masih bergantung pada bahan bakar fosil untuk energi pembangkit listrik dan transportasi, di sini ada tantangan yang cukup tinggi, karena hampir negara di G20 tunjukan tren yang sama,” pungkas dia. (DIN)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *