Jakarta, situsenergi.com
Permintaan energi nasional terus meningkat, dan PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) langsung membuka ruang kemitraan untuk berbagai fasilitas energi primer. Peluang kerja sama ini mencakup pemanfaatan infrastruktur LNG, CNG, bioenergi, hingga kapasitas penyimpanan BBM yang masih tersedia.
Direktur Utama PLN EPI, Rakhmad Dewanto, menjelaskan bahwa lonjakan kebutuhan energi menjadi alasan utama pihaknya memperluas kolaborasi. Ia mencatat kebutuhan batu bara naik signifikan, dari 74 juta ton pada 2023 menjadi hampir 100 juta ton pada 2024. Sementara itu, pengelolaan gas mencapai sekitar 1,2 BSCFD dan berpotensi menyentuh 1,4 BSCFD tahun depan, termasuk 104 kargo LNG.
Di sisi lain, suplai bioenergi juga bertumbuh pesat. Tahun ini pasokan mendekati 2,6 juta ton dan diproyeksikan naik hingga 3,7 juta ton pada tahun berikutnya. Rakhmad menilai kebutuhan energi akan terus naik sekitar 2 persen per tahun hingga 2035, seiring ekspansi industri, elektrifikasi, pusat data, dan penetrasi kendaraan listrik. Kebutuhan gas diperkirakan tumbuh 4–6 persen per tahun, sedangkan bioenergi mencapai 15–17 persen.
PLN EPI turut menawarkan kerja sama pemanfaatan kapasitas tangki BBM PLN Group yang baru terisi 45 persen. “Kami membuka skema kerja sama untuk kapasitas tangki yang idle,” ujarnya. Ia juga menyoroti peluang dari pengembangan infrastruktur gas di Nias, Sulawesi–Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua Utara yang dapat dipakai oleh berbagai sektor agar biaya midstream lebih efisien.
Ruang kolaborasi lain datang dari fasilitas CNG. Kapasitas lebih dari 60 BBTUD masih belum termanfaatkan optimal dan bisa dipakai industri yang membutuhkan pasokan gas hemat biaya. Untuk bioenergi, potensi nasional mencapai 83 juta ton per tahun, sementara kebutuhan PLN hanya sekitar 10 juta ton sehingga peluang sektor lain terbuka lebar.

Rakhmad menegaskan kesiapan pendanaan 2025–2030 sebesar Rp16–18 triliun. “Kami siap berdiskusi agar pasokan energi primer semakin andal dan berkelanjutan,” tegasnya. (DIN/GIT)
Leave a comment