Jakarta, situsenergi.com
PT Pertamina (Persero) terus memperkuat transformasi bisnis berkelanjutan dengan menghadirkan bahan bakar ramah lingkungan. Dari biodiesel B20 hingga kini mencapai Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbasis minyak jelantah, Pertamina berkomitmen mendukung transisi menuju energi hijau nasional.
Dalam ajang Indonesia International Sustainable Forum (IISF) 2025 di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (11/10), Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, menegaskan bahwa inovasi ini bukan sekadar soal bisnis, tetapi juga langkah ekologis yang berdampak luas.
“Kami menempatkan prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) sebagai inti transformasi. Ini bukan hanya perjalanan ekonomi, tetapi juga perjalanan ekologi,” ujar Agung.
Ia menambahkan, penerapan program biodiesel sejak B20 hingga B40 telah memperkuat kemandirian energi nasional. Langkah itu tidak hanya menghemat devisa negara, tetapi juga mendorong penggunaan sumber daya energi yang lebih berkelanjutan.
Pertamina juga mengembangkan SAF dari minyak jelantah yang mampu menekan emisi karbon hingga 84 persen. “Kami sudah menggunakan SAF berbahan dasar minyak goreng bekas masyarakat untuk penerbangan. Program ini mendukung ekonomi sirkular karena masyarakat dapat menukar minyak jelantah menjadi rupiah, yang kemudian diolah menjadi bahan bakar ramah lingkungan,” jelas Agung.

Transformasi energi ini, lanjutnya, sejalan dengan target Net Zero Emission (NZE) 2060 dan turut membuka peluang kerja baru di sektor energi hijau. Pertamina ingin menjadi pelopor energi bersih di Asia Tenggara dengan memperluas implementasi ESG dan Sustainable Development Goals (SDGs) di seluruh lini bisnisnya. (*)
Leave a comment