Jakarta, Situsenergi.com
PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) resmi mengganti istilah “Biomassa” menjadi “Bioenergi”. Pergantian ini bukan sekadar perubahan nama, tetapi langkah strategis untuk memperluas peran perusahaan dalam mengembangkan energi hijau dan mendukung target Net Zero Emission 2060.
Direktur Utama PLN EPI, Rakhmad Dewanto, menjelaskan bahwa istilah “biomassa” selama ini sering dikaitkan dengan limbah atau deforestasi. Karena itu, rebranding menjadi “bioenergi” diharapkan dapat mencerminkan semangat baru perusahaan yang fokus pada energi terbarukan yang lebih luas dan modern.
“Kita tidak hanya ingin mengumpulkan limbah dan membakarnya. Bioenergi punya potensi besar, mulai dari biogas, hidrogen hijau, hingga kerja sama dengan desa dan industri,” ujar Rakhmad dalam keterangannya, Rabu (8/10/2025).
Menurutnya, PLN EPI tengah menyiapkan ekosistem bioenergi yang berkelanjutan. Dalam roadmap hingga 2030, perusahaan menargetkan pasokan 10 juta ton biomassa, 2.957 BBTU biogas, dan mendukung program dedieselisasi sebesar 16,2 MW di berbagai daerah. Langkah ini diproyeksikan mampu menurunkan emisi karbon hingga 14 juta ton CO2eq, atau setara dengan 3–4% dari target penurunan emisi sektor kelistrikan nasional tahun 2030.
Sementara itu, Direktur Biomassa PLN EPI, Hokkop Situngkir, mengatakan rebranding ini merupakan hasil evaluasi dari kinerja tiga tahun terakhir. PLN EPI tercatat telah memasok 1,6 juta ton biomassa, angka tertinggi di Indonesia. Namun, Hokkop menilai potensi bioenergi jauh lebih besar dari sekadar biomassa untuk cofiring pembangkit listrik.

“Bioenergi bukan lagi soal limbah. Ini energi hijau yang bersih, modern, dan siap pakai. Kita ingin menempatkannya sejajar dengan batu bara dan gas,” jelasnya.
Dengan langkah rebranding ini, PLN EPI memposisikan diri sebagai motor penggerak transisi energi hijau Indonesia, bukan hanya penyedia bahan baku. Perusahaan berkomitmen membangun rantai pasok, teknologi, dan inovasi yang menyatu dengan pemberdayaan ekonomi lokal.
“Potensinya luar biasa. Kalau ekosistemnya disiapkan dengan baik, target 10 juta ton bioenergi bisa tercapai. Kuncinya ada pada cara pandang baru terhadap energi hijau,” tambah Hokkop. (DIN/GIT)
Leave a comment