Logo SitusEnergi
Berkomitmen Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, BPSDM ESDM Terus Dorong Pemanfaatan CCS/CCUS Berkomitmen Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, BPSDM ESDM Terus Dorong Pemanfaatan CCS/CCUS
Jakarta, situsenergi.com Indonesia terus berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mencapai target net zero emissions (NZE) pada 2060. Terkait hal ini, Badan Pengembangan Sumber Daya... Berkomitmen Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, BPSDM ESDM Terus Dorong Pemanfaatan CCS/CCUS

Jakarta, situsenergi.com

Indonesia terus berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mencapai target net zero emissions (NZE) pada 2060. Terkait hal ini, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral (BPSDM ESDM) Kementerian ESDM terus mendorong pengembangan dan pemanfaatan teknologi bersih penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage dan carbon capture utilization and storage (CCS/CCUS).

Menururl Kepala BPSDM ESDM Kementerian ESDM Prahoro Nurtjahyo, untuk sektor energi, pencapaian target NZE diantaranya melalui pengembangan energi terbarukan, implementasi konservasi energi, maupun penerapan teknologi bersih.

​​​​”Salah satu upaya yang ditempuh dalam penerapan teknologi bersih adalah pengembangan dan pemanfaatan penangkapan dan penyimpanan karbon atau CCS/CCUS,” kata Prahoro dalam keterangannya di Jakarta, Senin (02/9).

Menurut Prahoro, isu perubahan iklim menjadi salah satu tantangan global yang memerlukan perhatian dan aksi nyata dari berbagai pihak.

“Indonesia, sebagai negara yang berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca perlu mengambil langkah-langkah strategis dalam mengelola sumber daya energi dan lingkungan. Dalam konteks inilah, teknologi CCS dan CCUS menjadi sangat relevan untuk kita diskusikan dan implementasikan,” papar Prahoro.

Menurut dia, Kementerian ESDM menargetkan mayoritas dari 15 proyek CCS/CCUS beroperasi mulai 2030.

“Potensi penyimpanan CCS di Indonesia sebesar 577,62 giga ton yang terdiri atas depleted oil and gas sebesar 4,85 giga ton dan saline aquifer sebesar 572,77 giga ton, sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi penyimpanan karbon terbesar di dunia,” jelas Prahoro.

CCS dan CCUS, lanjut dia, merupakan teknologi penangkapan emisi karbon dioksida (CO2) dari proses industri dan pembangkit listrik, sehingga tidak terlepas ke atmosfer.

“Perbedaan keduanya adalah untuk CCS, karbon dioksida yang tertangkap kemudian diangkut dan disimpan di bawah permukaan, sementara proses CCUS sudah termasuk penggunaan (utilization) dari karbon tersebut untuk berbagai tujuan,” ujarnya.

Lebih jauh ia menjekaskan, bahwa teknologi CCS dan CCUS memungkinkan penggunaan bahan bakar fosil dengan emisi yang lebih rendah, sehingga dapat mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon tanpa mengorbankan keamanan energi.

“Hal itu penting untuk negara-negara yang masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil,” ucapnya.

Implementasi teknologi CCS dan CCUS di Indonesia memiliki tantangan tersendiri, antara lain perlunya investasi yang signifikan, regulasi yang mendukung pengembangan dan penerapan teknologi serta adanya adopsi teknologi canggih tersebut memerlukan penyesuaian SDM dan peralatan eksisting.

BACA JUGA   Medco Energi Mantapkan Komitmen Bisnis Berkelanjutan, Fokus Lindungi Biodiversitas

FGD tersebut merupakan rangkaian acara menuju Human Capital Summit ke-2 pada 2025 yang membahas antara lain transformasi green collar workforce, green job di sektor energi, identifikasi kebutuhan SDM untuk mendukung transisi energi di Indonesia, serta penandatanganan komitmen kolaborasi dan sinkronisasi dalam rangka percepatan transformasi green collar workforce di Indonesia.(Ert/SL)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *