Logo SitusEnergi
Pakar Ahli Tani Agro : B35 Bukan Penyebab Langkanya Minyakita Tetapi Karena Tidak Tegasnya Pemerintah Pakar Ahli Tani Agro : B35 Bukan Penyebab Langkanya Minyakita Tetapi Karena Tidak Tegasnya Pemerintah
Jakarta, Situsenergi.com Pakar Ahli Tani Agro, Wayan Supadno meyakini, langkanya minyak goreng ”Minyakita” yang terjadi akhir-akhir ini tidak terlepas dari ketegasan pemerintah yang semu... Pakar Ahli Tani Agro : B35 Bukan Penyebab Langkanya Minyakita Tetapi Karena Tidak Tegasnya Pemerintah

Jakarta, Situsenergi.com

Pakar Ahli Tani Agro, Wayan Supadno meyakini, langkanya minyak goreng ”Minyakita” yang terjadi akhir-akhir ini tidak terlepas dari ketegasan pemerintah yang semu yang seolah memberi peluang untuk disalahgunakan.

“Saya meyakini, ini dampak dari ketegasan pemerintah yang semu. Karena dominan masih diperdagangkan curah. Bukan 100% kemasan sederhana. Ini seolah memberi peluang untuk disalahgunakan dan bisa dijual jadi komersil,” kata Wayan saat dihubungi Situsenergi.com di Jakarta, Rabu (15/2/2023).

Menurut Wayan, drama kelangkaan Minyakita ini mencerminkan negeri ini krisis suri tauladan, krisis kepercayaan dan krisis mental benar.

“Sungguh, sangat tidak bisa saya bayangkan jika harga TBS turun lagi. Luka lama petani sawit belum sembuh, ibaratnya luka yang mulai mengering dikupas lagi. Pemerintah seperti tidak menghargai pihak-pihak yang berkontribusi membangun negeri ini,” tukasnya.

Lebih jauh Wayan mengatakan, bahwa jika kondisi ini berlangsung berlarut-larut biasanya yang disalahkan oleh ”Tukang Goreng Opini” di tahun politik adalah B35. Padahal B35 maksimal hanya menyerap 13,5 juta ton CPO/tahun.

“Dampak berikutnya adalah DMO dinaikkan lagi proporsinya hingga harga TBS jatuh lagi. Dan akhirnya yang menjadi korban lagi adalah petani,” cetusnya.

Jika melihat neraca CPO, lanjut dia, kebutuhan Minyakita hanya 3,8 juta ton/tahun sementara B35 hanya butuh 13,5 juta ton/tahun. Di sisi lain, permintaan pasar ekspor menurun dampak dari India berpaling ke minyak nabati lainnya dan Uni Eropa, maka seharusnya kondisi ini tidak membuat Minyakita langka dan menjadikan rakyat Indonesia sengsara lagi mendapatkan migor.

“Jadi seharusnya Minyakita tidak langka, karena CPO kita 46 juta ton/tahun, pasar ekspor turun, B35 hanya 13,5 juta ton, sedangkan Minyakita sendiri hanya 3,8 juta ton/tahun atau 300.000 ton/bulan. Sehingga patut diwaspadai DMO atau Minyakita curah banyak salah alamat akibat ”tidak tegas“, belum semua dikemas,” paparnya.

Dampak lanjutnya, kata dia, harga Minyakita berpotensi naik dan menjadi jadi beban derita rakyat Indonesia. Belum lagi inflasi akan ikut terkerek.

“Jika ini terjadi petani sawit akan kena dampak lagi, karena harga TBS menjadi murah. Ironisnya di kebun sawit pun Minyakita langka. Jika kisah kelam ini terulang, apa iya kita tidak malu dengan keledai?” tanya Wayan.

Sekali lagi, gejala tidak baik ini hanya akibat manifestasi kebijakan yang tidak tegas. Akibat Minyakita tidak semua dikemas sesuai komitmennya dulu dan masih dominan dijual curah.

“Perdagangan Minyakita curah inilah yang sulit dikontrol. Mustahil kalau hanya 300.000 ton/bulan saja dari DMO tidak cukup,” tukasnya.

Ia juga menambahkan, bahwa dinamika pasar minyak sawit mentah (CPO) di pasar global akhir-akhir ini mengalami lesu. Keadaan ini multi sebabnya, bisa karena minyak nabati pesaing lagi besar produksinya dan stok CPO penuh akibat digelontor pasca pencabutan larangan ekspor.

“Ini juga berdampak pada harga CPO dan TBS (tandan buah segar sawit) petani tidak kunjung membaik. Bahkan masih di sekitaran Rp 2.000/kg TBS di pabrik kelapa sawit (PKS). Itu bagi petani yang total tergantung dengan pupuk NPK kimia impor. Remis tiada laba,” tukasnya.

Binis Parasit Solar Campuran Minyak Sawit

“Perlu kita ingat, bahwa petani adalah investor juga. Bahkan massal sifatnya. Luas sawit petani 6,8 juta hektar. Jika indeks harga Rp 100 juta/ha setara total investasi kebun saja Rp 680 triliun. Belum lagi sarananya, misal truk, alat berat dan lainnya. Apalagi jika Minyakita langka di masyarakat utamanya di petani sawit, rasanya teramat lucu,” demikian Wayan Supadno.(SL)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *