Home MINERBA Capai 97 Persen, Harita Nickel Olah SHP jadi Batako Kelas Premium
MINERBA

Capai 97 Persen, Harita Nickel Olah SHP jadi Batako Kelas Premium

Share
Capai 97 Persen, Harita Nickel oleh HSP jadi Batako Kelas Premium
Direktur Operasi Harita Nickel, Tony H.Gultom saat Media Gathering di Sentul Bogor, Sabtu (05/11/2022)
Share

Jakarta, Situsenergi.com

Direktur Operasi Harita Nickel, Tonny H.Gultom mengungkapkan, bahwa jumlah sisa hasil pengolahan (SHP) nikel sangat banyak atau mencapai sekitar 90-97 persen bijih yang tidak bisa masuk line produksi.

“Saat ini yang menjadi fokus pengusaha adalah soal mengolah sisa hasil pengolahan nikel yang jumlahnya sangat banyak. SHP-nya bisa mencapai 90-97 persen, jadi tidak semua bijih bisa masuk line produksi,” kata Tonny seperti dikutip di Jakarta, Selasa (08/11/2022).

Menurut dia, sebelum adanya kebijakan hilirisasi, semua perusahaan nikel tidak memikirkan SHP. Dengan demikian perlu ada tekhnologi yang bisa mengolah sisa hasil pengolahan tersebut agar bisa bernilai tambah.

“Sebab, bukan saja di Indonesia tetapi di belahan dunia lainnya persoalan SHP ini menjadi sangat penting. Namun kami memanfaatkan semua SHP atau slag nikel yang dihasilkan untuk menjadi batako kelas premium,” ungkap dia.

Terkait ijin usaha pertambangan (IUP), Tonny mengatakan bahwa pihaknya memiliki IUP nikel yang dikelola oleh anak usaha Harita Nickel bernama Trimegah Bangun Persada dengan luas 4.247 ha. Kemudian ada juga IUP Nikel yang dikelola PT Gane Permai Sentosa seluas 1.276,99 Ha.

“Tidak hanya punya IUP, perusahaan juga memiliki ijin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk pengolahan pemurnian yang sudah dioperasikan oleh PT Megah Surya Pertiwi dengan kapasitas smelter 240 ribu ton feronickel (Ni 10-12 persen) per tahun,” papar Tonny.

Selain itu, kata dia, ada juga PT Halmahera Jaya Feronikel yang sudah mengoperasikan smelter berkapasitas 780 ribu ton feronickel per tahun.

“Saat ini produksi feronickel diekspor ke sejumlah negara tujuan diantaranya ke China dan Eropa. Yang pasti negara tujuan ekspor tergantung dari harga,” ungkapnya.

Lebih jauh ia juga mengatakan, bahwa saat ini pihaknya tengah menyelesaikan pemurnian nikel berkadar rendah di Pulau Obi senilai USD 1 miliar.

“Kapasitas input biji nikel limonit (kadar 1,5 persen) itu sebesar 7,6 juta ton per tahun dengan produksi antara 365 ribu ton per tahun,” ujar Tonny.

Untuk itu, lanjut dia, Harita Nickel belum akan melantai di bursa efek meskipun secara bisnis sudah mulai mapan terutama untuk produksi feronickel.

“Walaupun secara bisnis sudah mulai mapan dan sudah dijadikan proyek strategis nasional (PSN), tapi saat ini kami belum berpikir untuk melantai di bursa,” pungkasnya.(Ert/SL)

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

PTBA Uji Coba Co-Firing PLTU 30 MW di Tanjung Enim

Jakarta, Situsenergi.com PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melaksanakan uji coba co-firing pada...

MIND ID Dorong Hilirisasi Nikel di Sulawesi, Ribuan Tenaga Kerja Lokal Terserap

Jakarta, situsenergi.com Holding Industri Pertambangan Indonesia, MIND ID, melalui PT Vale Indonesia...

Harga Batubara Turun, Kinerja Keuangan ITM Tertekan

Jakarta, situsenergi.com PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITM) menghadapi tekanan kinerja pada...

Waskita Kuasai Proyek Kilang Pertamina di Papua, Kirim Ratusan Beton Jumbo ke Sorong!

Jakarta, situsenergi.com PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) kembali mencetak prestasi di...