


Jakarta, Situsenergi.com
Kebutuhan energi semakin meningkat sejalan dengan perkembangan dunia. Penggunaan teknologi merupakan suatu keharusan dalam industri migas. Oleh karena itu, sumber daya manusia Indonesia terutama generasi muda harus dapat menguasai teknologi migas.
“Generasi muda atau milenial punya tanggung jawab untuk menerima, mengadopsi dan mengembangkan teknologi migas. Dalam teknologi, itu tidak hanya ada aspek teknis, tetapi juga ekonomi dan sosial,” ungkap Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji dalam keterangannya yang dikutip, Jumat (27/5/2022).
Menurutnya, semangat menguasai teknologi dan mengembangkannya harus dimiliki oleh generasi muda untuk mendorong industri migas Indonesia agar terus maju dan berkembang.
“Teknologi itu bisa ditingkatkan. Seperti misalnya mobil yang bagus, itu desainnya harus bagus, menarik dan kuat,” tambahnya.
Dijelaskan, alih teknologi dalam kegiatan usaha migas belum dilakukan secara maksimal. Ia berharap, apabila upaya tersebut dilakukan mulai sekarang ini, maka dalam 20 tahun ke depan, generasi muda Indonesia, termasuk juga pada pegawai di lingkungan Ditjen Migas, telah memiliki pengalaman dalam teknologi migas.

“Kalau kita memegang peran menerima, beradaptasi dan mempelajari teknologi migas, mudah-mudahan 20 tahun lagi sudah punya pengalaman,” imbuhnya.
Dalam upaya menguasai teknologi dan mengembangkan migas tersebut, Tutuka mengingatkan agar tetap mengedepankan keselamatan migas. Ia mendukung upaya Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas untuk terus melakukan kampanye keselamatan migas dan melakukan sosialisasi ke KKKS.
“Keselamatan migas merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai target produksi minyak 1 juta barel dan gas 12 BSCFD pada tahun 2030,” ujar Tutuka.
Dirjen Migas juga mendorong disusunnya regulasi tahapan inspeksi migas, sehingga rekomendasi keselamatan yang disampaikan oleh Inspektur Migas dapat diterima dan dilaksanakan oleh para pemimpin KKKS.
Lebih jauh ia juga mengatakan, salah satu hal yang penting dalam hidup adalah jujur, tetap menjadi diri sendiri, serta mudah menerima kelemahan orang lain untuk kemudian diperbaiki bersama.
“Tetap mengedepankan kejujuran karena dengan kejujuran, kita akan menemukan diri kita, tujuan dan akhirnya akan tiba di suatu tempat dan merasa di sinilah tempat yang paling tepat,” ungkap Tutuka.
“Perjalanan hidup manusia, tidak selalu berjalan mulus atau manis. Namun hendaknya kita harus dapat mengambil mengambil pelajaran dari setiap tahapan dalam hidup. Ambil yang manis dalam sesuatu yang pahit,” lanjut Tutuka yang juga meyakini bahwa nasib manusia ditentukan oleh usaha dan doa.(Ert/SL)
No comments so far.
Be first to leave comment below.