Logo SitusEnergi
Perkumpulan AEER: Adaro Energy Berkontribusi Langgar Komitmen RPJMN Perkumpulan AEER: Adaro Energy Berkontribusi Langgar Komitmen RPJMN
Jakarta, Situsenergi.com Aktivis organisasi lingkungan hidup menilai percepatan penghentian penggunaan batubara dalam jangka waktu menengah ini perlu diwujudkan dengan penghentian perpanjangan izin, atau bila... Perkumpulan AEER: Adaro Energy Berkontribusi Langgar Komitmen RPJMN

Jakarta, Situsenergi.com

Aktivis organisasi lingkungan hidup menilai percepatan penghentian penggunaan batubara dalam jangka waktu menengah ini perlu diwujudkan dengan penghentian perpanjangan izin, atau bila masih diperpanjang wilayah dan produksi jauh lebih jauh rendah agar target emisi global sesuai Kesepakatan Iklim Paris dapat tercapai.

Hal ini disampaikan Peneliti Keuangan Iklim dan Energi Perkumpulan AEER, Siti Shara menyoroti perusahaan tambang terbesar di Indonesia, PT Adaro Energy Indonesia Tbk, yang berencana memperpanjang kontrak pertambangan batubara.

Menurut dia, kontrak tambang batubara alias Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) milik PT Adaro Indonesia bagian dari PT Adaro Energy Indonesia Tbk berakhir pada 1 Oktober 2022.

“Perusahaan tambang batubara ini telah mengajukan izin perpanjangan kontrak PKP2B menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan sedang dalam proses evaluasi,” kata Siti Shara dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (31/3/2022).

Ia mengungkapkan, Adaro Energy Indonesia Tbk telah berlebihan dalam pemakaian budget karbon untuk mencapai Kesepakatan Iklim Paris, berkontribusi dalam pelanggaran pembatasan produksi batubara RPJMN pun 2015-2019 terlampaui.

BACA JUGA   Tahun 2024, PTBA Sukses Cetak Laba Rp5,10 Triliun

“Dalam RPJMN 2015-2019, target produksi batubara per tahunnya rata-rata 400 juta ton dengan rincian yaitu tahun 2015 sebanyak 425 juta ton, 2016 sebanyak 419 juta ton, 2017 sebanyak 413 juta ton, 2018 sebanyak 406 juta ton, dan 2019 sebanyak 400 juta ton,” tukasnya.

Rincian tersebut, kata dia, menunjukkan tren yang menurun. Namun realisasinya justru terbalik, karena produksi batubara nasional menunjukkan tren yang meningkat dan melampaui target dengan rincian tahun 2015 sebanyak 461,57 ton, 2016 sebanyak 456,2 ton, tahun 2017 sebanyak 461,25 ton, tahun 2018 sebanyak 557,77 ton, dan tahun 2019 sebanyak 616,16 ton.

Lebih jauh Siti mengungkapkan, bahwa produksi batubara Adaro selalu melebihi 50 juta ton dan menunjukkan tren yang meningkat sejak 2015 hingga 2021,. Adaro telah menggunakan budget karbon yang tinggi pada tahun 2015 hingga 2019, dan sudah semestinya Adaro menurunkan angka produksinya.

“Sebagai perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia, dengan 12%, sangat signifikan dalam target pengurangan emisi,” ungkapnya.(Ert/rif)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *