Home MIGAS Tingkatkan Produksi, Pemerintah Minta KKKS Percepat Penerapan EOR dan MNK
MIGAS

Tingkatkan Produksi, Pemerintah Minta KKKS Percepat Penerapan EOR dan MNK

Share
Share

Jakarta, Situsenergi.com

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, bahwa untuk meningkatkan produksi migas nasional para kontraktor industri hulu migas atau KKKS harus mempercepat penerapan teknologi Enhance Oil Recovery (EOR) dan Migas Non-Konvensional (MNK).

“Kami minta teknologi EOR dipakai oleh Pertamina, lalu migas nonkonvensional juga harus dihasilkan dari berbagai lapangan migas. Sekarang ini sudah harus dimulai karena dua hal ini, baik EOR maupun MNK. Dan itu butuh waktu yang cukup panjang,” kata Tutuka dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Selasa (22/2/2022).

Menurut Tutuka, selain mendorong EOR dan migas non konvensional, pemerintah akan mengaktifkan kembali sumur-sumur migas di lapangan yang idle atau tua, termasuk menawarkan bagi hasil yang lebih menarik dalam penawaran wilayah kerja migas tahun 2021 untuk blok yang low risk dan high risk.

“Kami meningkatkan produksi migas, tetapi juga memperhatikan climate change. Untuk hulu bisa menggunakan CCS/CCUS,” ujarnya seraya menambahkan bahwa teknologi EOR merupakan metode menginjeksikan air ke dalam pori-pori reservoir di bawah permukaan agar produksi migas meningkat.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) akan mendorong eksplorasi dan EOR pada 13 wilayah kerja migas yang akan berakhir kontraknya pada tahun ini.

Berdasarkan hasil penelitian Badan Geologi Kementerian ESDM, Indonesia memiliki potensi migas nonkonvensional yang jauh lebih banyak dan beragam ketimbang migas konvensional. Namun perkembangan teknologi dan biaya produksi menjadi tantangan.

Sumber minyak nonkonvensional salah satunya adalah heavy oil yang didefinisikan sebagai minyak yang mempunyai nilai API kurang dari 22 persen dan nilai viskositas yang sangat rendah sehingga sangat susah untuk diproduksi, dan dibutuhkan teknologi tinggi seperti steam injector.

Selanjutnya oil sands adalah hasil percampuran antara pasir, bitumen, lempung dan air. Bitumen adalah minyak yang memiliki densitas dan viskositas tinggi serta telah mengalami biodegradasi.

Sedangjan sumber minyak nonkonvensional lainnya adalah shale oil berupa kandungan organik yang masih tersimpan di source rock dan belum matang disebut sebagai kerogen, sehingga perlu dipanaskan untuk mendapatkan minyak.

“SKK Migas telah memasukkan shale oil ke dalam evaluasi migas nonkonvensional sebagai cadangan yang prospektif untuk dikembangkan di masa depan. Salah satu potensi migas non konvensional berada di wilayah Central Sumatra Basin,” pungkasnya.(Ert/rif)

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

Pertamina Ungkap Langkah Konservasi di COP30, Targetkan Dampak Lingkungan yang Lebih Besar

Belem Brasil, situsenergi.com PT Pertamina (Persero) kembali mencuri perhatian di COP30 Brasil...

Pertamina Berbagi Bikin 6.000 Motoris Sumringah: Oli Gratis & Layanan Spesial di 44 Kota

Jakarta, Situsenergi.com Ribuan motoris akhirnya tersenyum lebar lewat program Pertamina Berbagi. Di...

Pertamina Pamer Kinerja Kinclong 2025, Pendapatan Tembus USD 68 Miliar!

Jakarta, situsenergi.com PT Pertamina (Persero) kembali menunjukkan taringnya di tengah gejolak ekonomi...

SMEXPO Pertamina Meledak di Blok M Hub, Transaksi UMKM Langsung Tembus Rp1,2 Miliar

Jakarta, situsenergi.com Gelaran Pertamina SMEXPO 2025 langsung memanaskan Blok M Hub. Selama...