


Jakarta, situsenergi.com
Harga minyak melonjak lebih dari 3 persen, Selasa, mendapatkan dorongan setelah Meksiko mengalami kendala produksi akibat kebakaran pada platform minyak. Selain itu, harga minyak juga terkatrol persetujuan penuh regulator Amerika untuk vaksin Covid-19.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melesat USD2,30 atau 3,4 persen, menjadi USD71,05 per barel. Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melejit USD1,90 atau 2,9%, menjadi menetap di posisi USD67,54 per barel, demikian dikutip dari laporan Reuters, Rabu (25/8/2021).
Minyak melambung lebih dari 8 persen untuk pekan ini, memulihkan kehilangan 7,6 persen minggu lalu, penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari sembilan bulan.
Investor mengambil pandangan yang lebih optimistis tentang perjuangan lanjutan melawan virus korona setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika, Senin, mengeluarkan persetujuan penuh bagi vaksin dua dosis Pfizer/BioNTech, setelah mengizinkannya untuk penggunaan darurat Desember lalu.
Analis mengatakan keberhasilan China dalam memerangi varian Delta virus korona juga meningkatkan sentimen permintaan, tanpa ada kasus infeksi yang ditularkan secara lokal dalam data terbaru.
“Kekhawatiran mereda bahwa kita tidak akan melihat penutupan global karena varian Delta,” kata Gary Cunningham, Direktur Tradition Energy di Stamford, Connecticut.
Juga mendukung harga minyak, kebakaran di anjungan minyak di lepas pantai Meksiko, Minggu, memangkas produksi minyak Pemex, BUMN negara tersebut, sekitar 25 persen. Lima pekerja tewas dan kebakaran menghentikan produksi 421.000 barel per hari.
Sejumlah trader mengatakan pasar bersiap menghadapi gangguan pasokan dari Meksiko, sehingga mendorong kenaikan harga minyak di Gulf Coast Amerika.
“Pasar mendapatkan pendorong dari kebakaran Pemex, yang memberi lampu hijau reli ini,” kata Bob Yawger, Direktur Mizuho di New York.
Namun, Yawger memperingatkan bahwa pasar bisa berbalik arah jika data pemerintah Amerika, dirilis Rabu waktu setempat, menunjukkan persediaan bensin meningkat. Analis yang disurvei Reuters memperkirakan persediaan bensin turun, tetapi Yawger mengestimasikan kenaikan, yang bisa menandakan jeda permintaan.
Data dari kelompok perdagangan American Petroleum Institute, Selasa, menunjukkan persediaan minyak mentah turun 1,6 juta barel, sementara stok bensin menyusut 1 juta barel, kata para pedagang. Harga sedikit berubah dalam perdagangan pasca-setelmen mengikuti data tersebut. Data resmi dari Badan Informasi Energi akan dirilis pukul 14.30 GMT.
Departemen Energi Amerika, Senin, mengatakan akan menjual hingga 20 juta barel minyak mentah dari cadangan minyak Strategic Petroleum Reserve (SPR) untuk mematuhi undang-undang, dengan pengiriman berlangsung antara 1 Oktober dan 15 Desember.
Sementara itu, hasil produksi penyulingan minyak India pada Juli melambung ke level tertinggi dalam tiga bulan karena permintaan bahan bakar pulih kembali dan mendorong harga. (SNU)
No comments so far.
Be first to leave comment below.