

PLN Ingin Capai Net Zero Emission, EW: Saat Ini Paling Tepat Gunakan EBT
LISTRIK August 15, 2021 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
PT PLN (Persero) berkomitmen untuk mendukung pencapaian target nol emisi karbon pada tahun 2060. Disamping Energi Baru dan Terbarukan (EBT), pemanfaatan teknologi baru di sektor kelistrikan akan dioptimalkan untuk menggapai target Net Zero Emission tersebut.
Direktur Executif Energy Watch, Mamit Setiawan mendukung komitmen PLN tersebut. Namun ia mengatakan, bahwa saat ini hal yang paling tepat dilakukan adalah energi baru terbarukan (EBT).
“Tapi sambil proses ini berjalan secara bertahap, PLN sementara mungkin bisa menggunakan teknologi co-fairing sebagai upaya peralihan dan transisi. Karena dengan cofairing, PLN bisa mengurangi penggunaan batu bara sebagai energi primernya,” kata dia saat dihubungi Situsenergi hari ini.
Menurutnya, pemanfaatan teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (carbon capture, utilization, and storage/CCUS) juga bisa menjadi alternatif inovasi yang berpeluang untuk dikembangkan.
“Ke depan, teknologi CCUS bisa digunakan, hanya saja teknologi ini masih mahal dan tidak ekonomis jika dibandingkan dengan EBT. Kecuali jika ada teknologi baru dari CCUS di masa mendatang yang lebih murah dan ekonomis,” tukasnya.
Ia juga optimis, teknologi ini akan memainkan peran penting dalam mendukung transisi energi bersih di Asia Tenggara. Pasalnya, selain dapat mengurangi emisi karbon, CCUS dapat mendukung peluang ekonomi baru yang terkait dengan produksi hidrogen dan amonia.
“Investasi masa depan pengembangan CCUS akan bergantung pada pembentukan kerangka hukum dan peraturan, serta insentif kebijakan dari pemerintah,” pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Perencanaan Korporat PLN Evy Haryadi menilai CCUS sebagai teknologi alternatif yang dari segi dampak lingkungan dan jaminan ketersediaan suplainya relatif aman. Potensi pemanfaatan CCUS bisa berjalan beriringan dengan pengembangan sumber EBT.
“Secara umum, CCUS dapat mereduksi karbon sebesar 90 persen dari pembangkit berbahan bakar fosil. Sementara 10 persen sisanya harus kita penuhi dengan menggunakan teknologi EBT lain demi mencapai target Net Zero Emission 2060,” kata Haryadi dalam “Role of CCUS in Low Carbon Development in ASEAN” yang digelar secara daring, Jum’at (13/08/2021) lalu.
Dari sisi investasi, kata dia, penerapan teknologi CCUS memang masih perlu dikaji lebih mendalam. Namun, investasi yang dibutuhkan diperkirakan masih memungkinkan untuk diterapkan pada pembangkit PLN yang masih layak beroperasi.
“Karena PLN ingin menghadirkan listrik yang dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia, pembangkit dengan CCUS masih kita pelajari. Seiring dengan semakin murahnya teknologi, maka opsi teknologi ini bisa menjadi pilihan,” ujar Haryadi.
Sementara itu, dalam mencapai target bauran energi dan Net Zero Emission, PLN pun terus menggenjot pembangkit yang bersumber dari EBT. Sebagai informasi, dari total kapasitas di Indonesia sekitar 63 GW pada tahun 2020, capaian EBT sudah mencapai 7,9 GB atau sekitar 13,7 persen.
PLN akan mulai mempensiunkan generasi pertama PLTU ( subcritical) pada 2030 dan dilanjutkan pada tahun berikutnya, sehingga pada 2060 seluruh PLTU digantikan pembangkit berbasis EBT.
Di samping itu, beberapa pembangkit yang sudah berjalan akan dikonversi dengan menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, Seperti implementasi program co-firing.
Strategi lainnya terus dijalankan PLN, termasuk pengkajian teknologi CCUS, memasifkan penggunaan kendaraan listrik, hingga mengkonversi pembangkit listrik primer tenaga diesel dan batu bara dengan pembangkit EBT secara bertahap.(SL)
No comments so far.
Be first to leave comment below.