Logo SitusEnergi
Minyak Terkoreksi Tajam, Imbas Suramnya Prospek Permintaan Minyak Terkoreksi Tajam, Imbas Suramnya Prospek Permintaan
Jakarta, Situsenergi.com Harga minyak terkoreksi lebih dari 2 persen, Senin, memperpanjang kejatuhan pekan lalu, imbas kenaikan dolar AS dan kekhawatiran bahwa pembatasan pandemi di... Minyak Terkoreksi Tajam, Imbas Suramnya Prospek Permintaan

Jakarta, Situsenergi.com

Harga minyak terkoreksi lebih dari 2 persen, Senin, memperpanjang kejatuhan pekan lalu, imbas kenaikan dolar AS dan kekhawatiran bahwa pembatasan pandemi di Asia, terutama China, dapat menghambat pemulihan permintaan bahan bakar global.

Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, anjlok USD1,52, atau 2,2 persen, menjadi USD69,17 per barel pada pukul 13.57 WIB, setelah merosot 6 persen pekan lalu, kerugian mingguan terbesar dalam empat bulan, demikian menurut laporan Reuters, Senin (9/8)

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut USD1,64, atau 2,4 peraen, menjadi USD66,64 per barel, setelah jatuh hampir 7 persen pekan lalu, penurunan mingguan tertajam dalam sembilan bulan.

“Kekhawatiran tentang potensi erosi permintaan minyak global muncul kembali seiring akselerasi tingkat infeksi varian Delta,” kata analis RBC, Gordon Ramsay.

Analis ANZ menunjuk pembatasan terbaru di China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, sebagai faktor utama yang mengaburkan prospek pertumbuhan permintaan.

Pembatasan tersebut termasuk pembatalan penerbangan, peringatan 46 kota terhadap aktivitas perjalanan, dan pembatasan transportasi umum dan layanan taksi di 144 daerah yang paling parah terkena dampaknya.

BACA JUGA   Resmi Hadir di Jawa Tengah! Pertamax Green 95 Jadi Simbol BBM Ramah Lingkungan

Senin, China melaporkan 125 kasus baru Covid-19, naik dari 96 sehari sebelumnya. Di Malaysia dan Thailand, infeksi terus mencapai rekor harian lebih dari 20.000.

Menambah kesuraman tersebut, data yang dirilis selama akhir pekan lalu menunjukkan pertumbuhan ekspor China melambat lebih dari ekspektasi pada Juli, menyusul merebaknya kasus Covid-19 dan bencana banjir, sementara pertumbuhan impor juga lebih lemah dari perkiraan.

“Kedua kontrak (patokan minyak) terlihat rentan terhadap lebih banyak berita buruk tentang virus, dengan fokus pada Mainland China. Pasar akan sensitif terhadap berita yang menunjukkan pemulihan ekonomi China juga mencapai puncaknya setelah data perdagangan akhir pekan lalu,” kata analis OANDA, Jeffrey Halley.

Impor minyak mentah China turun sedikit pada basis harian sepanjang Juli menjadi 9,71 juta barel per hari (bph), empat bulan berturut-turut impor di bawah 10 juta bph, dan turun tajam dari rekor 12,94 juta bph pada Juni 2020 ketika penyulingan meningkatkan stok di tengah murahnya harga minyak mentah, berdasarkan data yang dirilis Sabtu.

Reli dolar AS ke level tertinggi empat bulan terhadap euro juga membebani harga minyak, setelah laporan ketenagakerjaan Amerika, Jumat, yang lebih kuat dari perkiraan memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin bergerak lebih cepat untuk memperketat kebijakan moneter.

BACA JUGA   Pertamina Siapkan 95 Ribu KL Avtur untuk Dukung Penerbangan Haji 2025

Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Perdagangan relatif sepi dengan hari libur di Jepang dan Singapura. (SNU)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *