


Jakarta, Situsenergi.com
Harga minyak turun untuk hari ketiga berturut-turut ke level terendah dua pekan, di tengah lonjakan stok minyak mentah Amerika, data ekonomi AS yang negatif dan kekhawatiran penyebaran varian Delta virus corona akan membebani permintaan energi global.
Pedagang mencatat penurunan harga minyak terjadi meski ada laporan peningkatan ketegangan geopolitik Timur Tengah.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup anjlok USD2,03 atau 2,8 persen, menjadi USD70,38 per barel, demikian dikutip dari laporan Reuters, Rabu (4/8/2021) atau Kamis (5/8/2021) pagi WIB.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI), merosot USD2,41, atau 3,4 persen, menjadi menetap di posisi USD68,15 per barel.
Itu adalah penutupan terendah bagi kedua tolok ukur sejak 20 Juli.
Badan Informasi Energi (EIA) Amerika mengatakan stok minyak mentah di luar dugaan naik 3,6 juta barel, pekan lalu, sementara persediaan bensin turun lebih besar dari perkiraan 5,3 juta barel.
“Harga minyak mentah tetap berat setelah persediaan minyak mentah EIA menunjukkan stok secara tak terduga naik minggu lalu,” kata Edward Moya, analis OANDA, mencatat “laporan itu variatif karena stok bensin turun lebih dari ekspektasi,”
Kasus virus corona di seluruh dunia melampaui 200 juta, Rabu, menurut penghitungan Reuters, ketika varian Delta yang lebih menular mengancam area dengan tingkat vaksinasi yang rendah dan mengganggu sistem perawatan kesehatan.
Amerika Serikat dan China, dua konsumen minyak terbesar di dunia, bergulat dengan penyebaran cepat varian Delta yang sangat menular yang diantisipasi para analis akan membatasi permintaan bahan bakar pada saat secara tradisional mengalami peningkatan di kedua negara.
Organisasi Kesehatan Dunia mendesak penghentian booster vaksin Covid-19 hingga setidaknya akhir September karena kesenjangan antara vaksinasi di negara kaya dan miskin terus melebar.
Juga membebani harga minyak adalah laporan dari ADP yang menunjukkan penggajian swasta Amerika meningkat jauh lebih rendah dari perkiraan pada Juli.
Ketegangan di Teluk Timur Tengah, sementara itu, memberi harga minyak beberapa dukungan.
Pada Selasa, tiga narasumber keamanan maritim mengklaim pasukan yang didukung Iran menyita sebuah kapal tanker produk minyak di lepas pantai Uni Emirat Arab, meski Teheran membantah laporan tersebut.
Rabu, Oman mengidentifikasi Asphalt Princess yang berbendera Panama sebagai kapal tanker yang terlibat dalam pembajakan yang sebelumnya dikatakan badan perdagangan maritim Inggris sudah berakhir.
Ini adalah serangan kedua terhadap kapal tanker sejak Jumat di wilayah tersebut, yang meliputi Selat Hormuz. Inggris dan Amerika Serikat juga menuding Iran atas insiden sebelumnya, di mana pesawat tak berawak menabrak kapal dan menewaskan dua pelaut. Iran membantah laporan tersebut. (SNU)
No comments so far.
Be first to leave comment below.