Harga CPO Bakal Konsisten Di Level Tinggi, Ini Penyebabnya

Jakarta, Situsenergi.com

Revisi peraturan terkait pungutan ekspor (PE) sawit dinilai akan mampu menopang keberlangsungan program biodiesel Indonesia kedepan. Aturan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 76/PMK.05/2021 tentang Perubahan Kedua atas PMK No. 57/PMK.05/2020 tentang Tarif Badan Layanan Umum BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) yang efektif berlaku 2 Juli 2021.

Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Andry Asmoro, menyatakan kebijakan tersebut akan mendorong harga CPO stabil di level harga yang tinggi. Hal ini akan berdampak positif bagi pelaku industri di dalam negeri. Namun begitu diperkirakan produksi CPO yang akan terdorong naik akan sedikit mempengaruhi harga CPO di semester kedua 2021 meski tetap berada di level yang relatif tinggi.

“Kami memperkirakan rata-rata harga CPO pada tahun 2021 sebesar USD840 per ton,” ujar Andry dalam keterangannya, Kamis (8/7/2021).

Dikatakan bahwa dalam peraturan terbaru tersebut, pemerintah menetapkan tarif pungutan ekspor CPO sebesar USD55 per ton jika harga CPO di bawah USD750 per ton. Selanjutnya tarif pungutan ekspor CPO akan meningkat sebesar USD20 per ton setiap kenaikan harga CPO sebesar USD50 per ton. Tarif pungutan akan mencapai level maksimal yaitu sebesar USD175/ton jika harga CPO berada di atas level USD1.000 per ton.

“Sebagai contoh, harga acuan CPO bulan Juli 2021 ditetapkan sebesar USD1,094 per ton, maka tarif pungutan ekspor yang berlaku adalah USD175 per ton. Tarif tersebut jauh lebih kecil dibandingkan tarif sebelumnya yang bisa mencapai USD255 per ton,” pungkas dia. (DIN/rif)