Logo SitusEnergi
Peneliti : Indonesia Masih Akan Bergantung Batubara Hingga 2050 Peneliti : Indonesia Masih Akan Bergantung Batubara Hingga 2050
Jakarta, Situsenergi.com Akademisi sekaligus peneliti dari UGM, Ferian Anggara, menyatakan Indonesia masih akan sangat bergantung pada sumber energi yang berbasis batubara. Meskipun bauran energi... Peneliti : Indonesia Masih Akan Bergantung Batubara Hingga 2050

Jakarta, Situsenergi.com

Akademisi sekaligus peneliti dari UGM, Ferian Anggara, menyatakan Indonesia masih akan sangat bergantung pada sumber energi yang berbasis batubara. Meskipun bauran energi yang dicanangkan pemerintah untuk renewable energy terus meningkat, namun jika dilihat secara detail, sumber energi yang bahan bakunya dari batubara masih tetap besar.

Dijelaskannya bahwa adanya upaya hilirisasi batubara menjadikan komoditas ini akan terus diburu. Setidaknya hingga 2050 porsi batubara sebagai sumber energi primer bagi pembangkit listrik akan mencapai 25,3 persen. Sementara renewable energy menduduki peringkat pertama yaitu 31,2 persen. Kemudian yang berbasis minyak porsinya 19,5 persen dan dari gas sebesar 24 persen.

“Kita masih akan tergantung batubara sampai 25 persen, kalau di lihat dalam Perpres 2017 tentang renewable energy itu banyak energi yang basis awalnya dari batubara, jadi angka 25 persen kemungkinan masih bisa bertambah kompoisinya,” kata Ferian dalam webinar terkait dengan Fly Ash and Bottom Ash (FABA), Kamis (25/3/2021).

Dengan potensi permintaan yang akan terus meningkat terhadap produk batubara untuk pembangkit listrik, maka zat padat sisa pembakaran yaitu FABA juga diakui bakal terjadi peningkatan. Oleh sebab itu perlu upaya bersama agar persoalan FABA yang sudah dikeluarkan dari daftar limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) ini bisa menjadi persoalan dikemudian hari.

BACA JUGA   Penjualan Batubara Anjlok 53%, Laba RMK Energy Ikut Terjun Bebas!

“Kami perkirakan di tahun 2020 ini saja nanti akan ada produksi FABA sekitar hampir 3 juta ton. Angka kami konservatif , ini potensi material yang bisa dimanfaatkan tapi bisa jadi lebih dari itu. Jadi mau tidak mau atau suka tidak suka kita harus punya strategi yang baik untuk manfaatkan FABA,” pungkas dia. (DIN/RIF)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *