


Jakarta, Situsenergi.com
PT PLN (Persero) siap mengkonversi 5.200 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang berada di 2.130 lokasi terpencil ke pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT).
Wakil Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, konversi tersebut sebagai bagian dari upaya perseroan untuk mendukung upaya pemerintah mengejar target bauran EBT 23 persen di 2025. Disamping itu, penggunaan BBM sebagai bahan bakar pembangkit di daerah terpencil juga dianggap tak efisien karena memiliki ongkos yang sangat mahal.
“Menggunakan BBM di daerah terpencil dengan biaya transport yang tinggi itu mendekati 3.500-4.500 per kWh,” ujar Darmawan dalam acara ‘Kompas Talks bersama IESR’, Selasa (2/3/2021) kemarin.
EBT yang akan menggantikan PLTD nanti, kata Darmawan, akan melihat potensi kearifan lokal yang terdapat di daerah itu. Ia mencontohkan seperti halnya penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada daerah yang memiliki curah panas ideal bagi PLTS.
“Jika penggunaan energy storage PLTS ini bisa lebih murah dari PLTD, maka bakal menguntungkan PLN selain mendorong bauran EBT,” tuturnya.
Terpisah Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Chrisnawan Aditya menyebut, salah satu kelebihan PLTS dibandingkan pembangkit lainnya, yaitu cepat dan efisien dalam proses pemasangannya.
“Tahun 2013 harganya 20 sen dolar (per kWh), lima tahun terakhir jadi 10 sen, dan terakhir PLTS Apung di Cirata harganya 5,81 sen dolar (per kWh), sudah drop,” ujarnya. (SNU/RIF)
No comments so far.
Be first to leave comment below.