Logo SitusEnergi
Salamuddin Daeng: Investasi Migas Jangka Panjang Akan Sepi Salamuddin Daeng: Investasi Migas Jangka Panjang Akan Sepi
Jakarta, Situsenergy.com Pengamat energi dari AEPI, Salamuddin Daeng, berpendapat investasi migas akan sepi untuk jangka Panjang disebabkan pertama harga minyak dunia rendah dan kedua... Salamuddin Daeng: Investasi Migas Jangka Panjang Akan Sepi

Jakarta, Situsenergy.com

Pengamat energi dari AEPI, Salamuddin Daeng, berpendapat investasi migas akan sepi untuk jangka Panjang disebabkan pertama harga minyak dunia rendah dan kedua suku  bunga bank sangat tinggi.

Dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (13/11),  Salamuddin Daeng mengatakan, faktor rendahnya harga minyak dunia dan tingginya bunga bank, membuat investasi migas tak menarik, karena kondisi ini sulit bagi investor untuk mengembalikan pinjaman bank.

“Bunga bank sangat tinggi jadi perusahaan minyak jika memaksakan diri meminjam uang bank untuk investasi migas maka tak mungkin dapat membayar bunga bank yang sangat besar untuk mendapatkan minyak dan memgembalikan biaya investasi tersebut,” katanya.

Disamping itu, komponen pajak sektor migas sangat banyak. Menurut Salamuddin Daeng, ini menyebabkan investor memilih alternative investasi tanpa pajak. “Sekarang orang memilih investasi tanpa pajak yakni investasi di sektor Financial, digitalisais dan fintech. Investasi migas pasti melemah dalam jangka panjang. Penyebabnya perbankkan dan sektor keuangan,” katanya.

Menurtnya, perusahaan perusahaan raksasa migas kini lebih sibuk mencari uang dari pada serius memproduksi minyak. “Apalagi saat harga minyak jatuh, praktis minyak cuma dipertahankan dalam rangka pembentukan nilai di sektor keuangan. Demikian juga perusahaan minyak di Indonesia melakukan hal yang sama,” tandas Salamuddin Daeng.

BACA JUGA   BAg Gandeng HDF Energy Indonesia untuk Kaji Potensi Kapal Bertenaga Hidrogen

Salamuddin Daeng berkata, pada kondisi ini bukan tidak mungkin akan banyak perusahaan-perusahaan migas teracam kolaps bila tidak segera merubah haluan.

“Negara produsen minyak besar jika tidak segera menggeser kebijakan fiskal dan keuangannya serta mengubah alokasi minyak mereka. Maka akan berhadapan dengan kebangkrutan. Pada periode ini gejolak politik di negara penghasil minyak tak bisa dihindari. Kebijakan fiskal Indonesia yang mengacu minyak merupakan dasar yang salah,” kata Salamuddin Daeng.

Salamuddin Daeng  mengingatkan, sektor energi Indonesia Perlu segera diusahakan untuk memproduksi listrik yang efisien dan murah, mendorong transformasi besar besaran ke listrik murah, transportasi, rumah tangga, dan industri. Dan ini sangat ditentukan oleh alokasi energi primer migas dan batubara .

Menurutnya, untuk kondisi ini jangan harap investasi migas jangka Panjang bergairah malah sebaliknya, sepi. Untuk mengatisipasi keadaan, bukan tidak mungkin perusahaan migas seperti Pertamina dan PGN mengarahkan bisnisnya ke pembelian atau pembangunan pembangkit listrik di lubang lubang tambang minyak dan gas.

“Bahan bakar langsung dibakar dan yang dijual listriknya. Tidak perlu lagi pengiriman bahan bakar, namun bagaimana menggunakan bahan bakar langsung untuk pembangkit listrik,” demikian Salamuddin Daeng. (Mul/rif)

BACA JUGA   9 Sektor Industri Prioritas Kurangi Emisi, Simak Daftarnya!

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *