Logo SitusEnergi
90 Persen Cadangan Batu Bara RI Punya Kalori Sedang dan Rendah 90 Persen Cadangan Batu Bara RI Punya Kalori Sedang dan Rendah
Jakarta, Situsenergi.com Sebanyak 90 persen cadangan batu bara di Indonesia memiliki kalori sedang dan rendah dengan sumber daya mencapai 149,01 miliar ton dan cadangan... 90 Persen Cadangan Batu Bara RI Punya Kalori Sedang dan Rendah

Jakarta, Situsenergi.com

Sebanyak 90 persen cadangan batu bara di Indonesia memiliki kalori sedang dan rendah dengan sumber daya mencapai 149,01 miliar ton dan cadangan sebesar 37,46 miliar ton.

Menurut Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin, jenis batu bara berkalori sedang dan rendah ini biasa dimanfaatkan untuk bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), pabrik semen, kertas, metal, dan tekstil.

“Demi menjaga keberlangsungan industri batu bara pilihannya adalah hilirisasi. Inilah realita yang kita hadapi yang menjadi dasar untuk membuat skenario pemanfaatan batu bara ke depan,” kata Ridwan Djamaluddin dalam diskusi daring bertajuk ” Transformasi Bisnis Sektor Batu Bara”  yang dipantau di Jakarta, Jumat (19/3/2021).

Ia mengatakan, ketika permintaan ekspor batu bara terus menurun karena terikat perjanjian Paris Agreement, pemerintah membangun permintaan lokal agar tetap stabil melalui teknologi baru gasifikasi batu bara.

Kepentingan bisnis yang melekat terhadap skenario hilirisasi tersebut dilakukan melalui penggarapan proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimetil eter (Dme) yang dilakukan oleh PT Bukit Asam (Persero) di Sumatera Selatan. Kemudian, gasifikasi batu bara menjadi produk methanol yang dikerjakan oleh PT Bumi Resources di Kalimantan Timur.

BACA JUGA   Awal 2025 Cerah, Medco Bukukan EBITDA Tumbuh Meski Laba Turun

“Pemerintah juga menyiapkan dukungan regulasi untuk percepatan hilirisasi batu bara berupa insentif royalti harga khusus batubara untuk hilirisasi sebesar 0 persen,” tukasnya

Selain itu, lanjut Ridwan, jangka waktu perpanjangan pemberian insentif hilirisasi juga disesuaikan dengan keekonomian proyek hilirisasi. Pemerintah tidak lagi membatasi durasi seperti sebelumnya, bila proyek itu masih dianggap ekonomis, maka perpanjangan insentif akan terus mengalir.

“Proyek hilirisasi batu bara akan mengurangi dampak negatif lingkungan dengan menghasilkan produk yang lebih ramah lingkungan,” kata Ridwan.

Seperti diketahui, ketika banyak negara di dunia mulai mengurangi bahkan menghentikan pemanfaatan batu bara sebagai sumber energi primer, Indonesia masih bersikukuh mempertahankannya, mengingat 85 persen dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bidang minerba berasal dari batu bara.

“Sebanyak 85 persen PNBP berasal dari subsektor batu bara, ini realita yang masih kami pegang hingga saat ini,” kata  dia.

Pada 2020 sebanyak 85 persen PNBP batu bara tercatat sebesar Rp 29,4 triliun dari total PNBP minerba yang berjumlah Rp 34,6 triliun.

Indonesia sendiri menghadapi tantangan besar mengingat komitmen global untuk menjaga ambang batas suhu bumi di bawah dua derajat Celcius dengan memangkas penggunaan batu bara hingga 40 persen pada tahun 2050.(Mul/rif)

BACA JUGA   Angkutan Barang KAI Tumbuh 3 Persen hingga April 2025, Didominasi Batubara

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *