Logo SitusEnergi
67 TAHUN PERTAMINA, MOMENTUM SWASEMBADA ENERGI 67 TAHUN PERTAMINA, MOMENTUM SWASEMBADA ENERGI
Oleh : Ferdinand HutahaeanDirektur Eksekutif Energy Watch IndonesiaFounder Ferdinand Hutahaean & Co Law FirmPolitisi Nasional Hari ini 10 Desember 2024 adalah Hari Ulang Tahun... 67 TAHUN PERTAMINA, MOMENTUM SWASEMBADA ENERGI

Oleh : Ferdinand Hutahaean
Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia
Founder Ferdinand Hutahaean & Co Law Firm
Politisi Nasional

Hari ini 10 Desember 2024 adalah Hari Ulang Tahun Pertamina yang ke 67 setelah berdiri pada tanggal 10 Desember 1957. Usia yang tak lagi muda bahkan sudah memasuki usia matang, dewasa dan terbutki Pertamina telah beranak cucu hingga berjumlah lebih dari 200 perusahaan. Jumlah turunan yang sudah cukup besar dan menempatkan Pertamina menjadi salah satu BUMN terbesar, tersehat dengan nilai asset total perusahaan berkisar Rp.1.300 Trilliun lebih atau berkisar US$ 91,1 Milyar. Pertamina sejak berdiri telah mengalami banyak perubahan dan menghadapi dinamika yang tidak mudah mengarungi gejolak global di sektor Energi khususnya Minyak dan Gas. Pertamina menurut skala untung rugi telah membuktikan mampu bertahan dan membukukan laba keuntungan pada masa pandemi covid disaat perusahaan-perusahaan global terpukul.

Saat ini memasuki era Pemerintahan Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia Ke 8, Pertamina dibawah nahkoda Simon Aloysius Mantiri sebagai Direktur Utama diharapkan mampu meningkatkan kinerja dan mampu menemukan jalan yang baik dan benar untuk menjadikan Pertamina menjadi perusahaan yang mampu hidup, menghasilkan laba dan lepas dari air susu ibu APBN yaitu Subsidi dan Kompensasi. Laba yang dibukukan oleh Pertamina setiap tahun masih jauh dibawah ekspektasi publik, setidaknya ekspekatasi penulis. Dengan aset Rp. 1.300 trilliun lebih, publik atau setidaknya penulis tentu berharap bahwa Pertamina harusnya mampu membukukan laba setiap tahun diatas Rp. 100 Trilliun. Mampukah Pertamina? Tentu mampu. Caranya? Tentu ini akan menjadi pertanyaan dari internal Pertamina kepada pihak luar yang berharap laba Pertamina setidaknya Rp.100 Trilliun pertahun. Ada banyak hal yang bisa dilakukan di internal Pertamina untuk mencapai harapan tersebut dengan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap operasional, aturan dan kebijakan internal Pertamina serta aturan dari regulator yaitu pemerintah. Penulis meyakini akan ditemukan jalan menghasilkan laba yang lebih besar dan mencapai harapan.

BACA JUGA   Pefindo Naikkan Rating Elnusa ke idAA+, Outlook Stabil

Selain soal operasional dan kebijakan, Pertamina juga harusnya mampu memaksimalkan penghematan dalam penggunaan subisidi.Publik paham betapa besarnya subsidi BBM untuk minyak dan gas yang diterima oleh Pertamina dari Pemerintah. Subsidi BBM 2024 direncanakan sebesar 113 T dan pada tahun 2025 mencapai 19,41 juta kiloliter (KL). Rinciannya, minyak tanah sebesar 0,52 juta KL dan minyak solar sebesar 18,89 juta KL. Sementara itu, untuk LPG 3 kg, pemerintah mengalokasikan volume sebesar 8,2 juta metrik ton senilai Rp.113,6 Trilliun. Angka ini seharusnya bisa ditekan dengan melakukan evaluasi atas operasional, kebijakan internal dan aturan dari eksternal regulator misalnya terkait penerapan pajak terhdap BBM Bersubsidi. Pemerintah harusnya membebaskan BBM Bersubsidi dari Pajak-pajak dan pungutan, misalnya PPN, PBBKB (Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor) yang menjadi pungutan Daerah serta iuran terhadap BPH Migas dari penjualan BBM. Apabila 3 point ini dihapuskan maka subsidi tentu akan bisa dihemat lebih 17%. Dan apabila dilakukan evaluasi operasional dan penekanan terhadap angka penjualan BBM Bersubsidi penulis memperkirakan akan bisa dilakukan penghematan sekitar 20% atau sekitar Rp. 22 Trilliun. Inihanya sebuah pemikiran konstruktif agar Pemerintah bersama Pertamina mampu menggunkaan penghematan itu dalam rangka swasembada Energi. Selain itu, Pertamina bersama Sub Holdingnya seharusnya mampu meningkatkan penjualan produk Pertamina Non Subsidi seperti Oli, Aspal, Gas, Minyak Mentah, Perkapalan, Pengangkutan dan lain-lain yang diperkiran bisa menambah pemasuksan trilliunan rupiah bagi Pertamina.
Ada banyak jalan yang bisa ditempuh oleh Pertamina untuk menjadikan entitas ini sebagai tiang kokoh program swasembada energi. Termasuk meningkatkan angka lifting di Hulu dengan menggunakan teknologi yang lebih maju. Membuka kembali sumur-sumur tua serta membuka sumur-sumur yang pernah dilakukan pengeboran tapi belum menghasilkan. Penggunaan teknologi maju untuk meningkatkan angka lifting ini juga perlu revisi pada aturan dari regulator termasuk dari SKK Migas. Percuma pemerintah menargetkan peningkatan angka lifting 1 Juta Barel Perhari bila sistem dan teknologi yang dijalankan masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Harus ada terobosan terhadap teknologi, terobosan cara berpikir dan terobosan semangat mencapai lifting 1 Juta Barel Perhari demi swasembada energi.

BACA JUGA   Trade-Off Penambangan Nikel di Kepulauan Raja Ampat: Antara Ekonomi, Sosial, Lingkungan, dan Pembangunan Berkelanjutan

Mampukah kita melakukan? tentu mampu dengan niat dan keinginan yang benar. Maka pada hari Ulang Tahun Pertamian ke 67 ini, harus dijadikan momentum membongkar dan merestrukturisasi bangunan bisnis Pertamina dan menjadikan Pertamina sebagai Tiang Kokoh Penyangga Program Presiden Prabowo untuk swasembada Energi. []

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *