Home ENERGI 44 Tahun Kiprah Kilang RU IV Cilacap Bantu Ketahanan Energi Indonesia
ENERGI

44 Tahun Kiprah Kilang RU IV Cilacap Bantu Ketahanan Energi Indonesia

Share
Share

Cilacap, situsenergy.com

44 tahun sudah keberadaan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap sebagai kilang terbesar dan paling strategis di Indonesia. Kilang yang dibangun pada 24 Agustus 1976 silam itu, hingga saat ini mengolah 1/3 dari crude milik Pertamina atau menghasilkan BBM bagi 1/3 kebutuhan nasional. Kiprah kilang RU IV itu tak diragukan lagi dalam menjaga ketahanan energi nasional.

“Itu berarti tepat pada 24 Agustus ini sudah berusia 44 tahun,” jelas Hatim Ilwan, Unit Manager Communication, Relation, & CSR Pertamina RU IV Cilacap dalam keterangannya, Sabtu (29/8/2020).

Menjaga kehandalan kilang raksasa, tambah Hatim, menjadi komitmen besar Pertamina Kilang Cilacap demi menjaga suplai energi nasional.

Hatim melanjutkan, kilang FOC I merupakan bagian dari pembangunan tahap pertama atau disebut kilang 1 meliputi FOC I, Lube Oil Complex (LOC) I dan Utilities. Awal dibangun, kapasitas kilang ini adalah 100.000 barrel/hari dan beroperasi perdana sejak diresmikan Presiden RI tanggal 24 Agustus 1976.

“Sejalan dengan peningkatan kebutuhan konsumen, tahun 1998/1999 ditingkatkan kapasitasnya melalui Debottlenecking Project sehingga menjadi 118.000 barrel/hari,” terangnya.

Hatim merinci Debottlenecking Project Cilacap (DPC) dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas operasional RU IV. Kegiatan ini dilaksanakan mulai 16 Desember 1995 dan yang bertindak sebagai pelaksana Engineering, Procurement, and Construction (EPC) Contract adalah Fluor Daniel. Sedangkan perancang dan pemilik lisensi untuk LOC adalah Shell International Petroleum Maatschppij (SIPM).

“Pertamina merealisasikan proyek Debottlenecking RU IV Cilacap yang dibangun pada awal tahun 1996 dan mulai beroperasi pada awal Oktober 1998,” tuturnya.

Diungkapkan Hatim, kilang ini dirancang untuk memproses bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah untuk mendapatkan BBM sekaligus produk Non-BBM yaitu bahan dasar minyak pelumas (lube oil base) dan aspal. “Mengolah minyak dari Timur Tengah bertujuan agar dapat menghasilkan bahan dasar pelumas dan aspal, mengingat karakter minyak dari dalam negeri tidak cukup ekonomis untuk produksi tersebut,” tegasnya.

Dengan kapasitas intake 118 million barel steam per day (mbsd) / 16.200 td, produk yang dihasilkan dari FOC I antara lain Gasoline dengan RON 100, Kerosene (Avtur), Light Gas Oil dan Heavy gas Oil sebagai komponen produk Pertadex, dan Long Residu sebagai feed kilang LOC I untuk menghasilkan Lube Base Oil.

Yang terbaru, masih menurut Hatim, pasca Proyek Langit Biru Cilacap atau PLBC di unit FOC I ditambahkan Continuous Catalyst Regeneration (CCR) terjadi peningkatan kwalitas produk. “Sehingga Pertamina RU IV menghasilkan produk Pertamax Turbo sesuai dengan standart EURO 4,” pungkas Hatim.

Meski usianya sudah menginjak 44 tahun, menurut Hatim, pihaknya selalu memelihara kilang Fuel Oil Complex (FOC) I ini dengan standar tinggi. “Harapannya agar tetap aman, bisa terjaga kehandalannya, efisien, ramah lingkungan dan tetap berkeuntungan,” tutupnya. (SNU/rif)

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

Elnusa Perkuat Produksi Migas Nasional Lewat Teknologi Coiled Tubing

Jakarta, Situsenergi.com PT Elnusa Tbk terus menunjukkan peran strategisnya dalam mendukung peningkatan...

Waskita Karya Infrastruktur Lepas Saham di Waskita Sangir Energi Rp179,9 Miliar

Jakarta, situsenergi.com PT Waskita Karya Infrastruktur (WKI) resmi melepas kepemilikan sahamnya di...

ESDM Bekukan 190 Izin Tambang, ESG Jadi Syarat Mutlak di Industri Minerba

Jakarta, situsenergi.com Penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) semakin mendapat perhatian...

Astra Perkuat Transisi Energi, Targetkan 50 Persen Energi Terbarukan pada 2030

Jakarta, Situsenergi.com Astra melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN), yang bergerak di...